Minggu, 24 Agustus 2008

To Dear.. Luna Maya..


…kelak, kalau kau menjadi istriku. Tak akan kubiarkan zat kimia melunturkan kecantikan alami yang melekat pada tubuhmu. Di halaman rumah kita, segera kutanam pohon lidah buaya untuk kau jadikan shampoo supaya rambutmu yang hitam tumbuh subur dan berkilau indah. Juga kunyit dan bengkoang sebagai bedak agar wajahmu tetap halus memesona. Serta kubuatkan hand body dari minyak kelapa buat mengkilapkan kulit tangan dan betismu. Menjaga senyummu biar tetap cemerlang, aku akan selalu siaga setiap saat menumbuk halus batu merah seperti masa kakek dulu. Tidak lupa kusiapkan batu tawas yang ajaib menghilangkan bau badanmu kala berkeringat. Kurasa semua itu cukup sayang, bahkan lebih dari cukup. Demi cintaku padamu…

Rabu, 26 Desember 2007

Yang Tersisa dari Kepingan Jiwa

Disegala kelemahanku
Diantara bulu sayap anganku yang terbakar
Disisi rapuhnya kerangka jiwaku
Disela keruntuhan egoku
Disudut ruang dan waktu yang membelenggu jasadku
Kumerintih, memelas, meminta,
Memohon, bersujud, berdoa dan bermunajat
Kepada yang memiliki segala kekuatan
Kepada yang meniupkan roh-Nya
Kepada yang meliputi segala dan tiada terbatas
Kepada yang Maha tunggal, tiada terserupai
Kepada yang menciptakan ruang dan waktu
Kepada yang tiada mampu tersifatkan
Oleh mereka yang tersifatkan
Berharap Engkau membuka gerbang nuraniku
Yang ditutupi oleh lapisan dosa yang berlapis-lapis
Hingga tiada mampu pantulkan cahaya-Mu
Yang Engkau pancarkan kepada segala ciptaan-Mu
Kebodohanku menjerumuskan aku pada lembah kenistaan
Oleh hanya kebisuan, ketulian dan kebutaanku akan ada-Mu
Kedurhakaanku membutakan aku pada kasih dan sayang-Mu
Oleh hanya godaan si laknat dan terlaknat
Keangkuhanku dari jiwaku yang telah membatu
Oleh hanya sekelumit nikmat-Mu
Membuatku terlupa pada keagungan-Mu
Masihkah Engkau menganggapku hamba-Mu ?
Ataukah Engkau berpaling,
Sambil menyiapkan azab-Mu tanda kemurkaan-Mu
Kepada aku yang tertutupi kedurhakaan ?
Jika Engkau berpaling dan murka
Pada siapa ku meminta keselamatan selain Engkau wahai sang Maha Pengasih ?
Pada siapa ku memohon kedamaian selain Engkau wahai sang Maha Penyayang ?
Pada siapa ku berharap belas kasih dan keridhaan selain Engkau wahai sang Maha Mutlak ?
Adakah yang lebih indah selain kelembutan-Mu ?
Adakah yang lebih mulia selain keagungan-Mu ?
Adakah yang lebih nikmat selain anugerah-Mu ?
Jasadku yang lancang berharap kemurahan-Mu
Hatiku yang pekat rindukan cahaya-Mu
Jiwaku yang kotor memohon curahan kesucian-Mu
Ya Rahmaan, Ya Rahiim, Ya Nuur, Ya Quddus
Makassar, 24 Januari 2001
Pukul 01:20 wita
Dari hamba yang hina dan terhinakan
Dari hamba yang ternoda

Minggu, 23 Desember 2007

Senandung Cinta Abadi ( Mastnawi )

Dan bila Dia menutup semua jalan dan celah di hadapanmu -
Dia akan menunjuk satu setapak rahasia yang tak seorang pun tahu!

(Jalaluddin Rumi, Diwan-Syamsi-Tabriz, 765)

Pesanku

Di manapun engkau,
Dan dalam keadaan apapun,
Berusahalah dengan sungguh-sungguh Tuk menjadi seorang pencinta
Tatkala cinta benar-benar tiba
Dan menyelimutimu
Maka selamanya kau akan menjadi seorang pencinta.
(Kearifan cinta, Jalaluddin Rumi)

Jalaluddin Rumi

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula.

Kumpulan Puisi - puisi cinta...

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang membuatanya terbakar

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang membuatnya tiada

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon bunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu


Derai-derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949


Gadis Kecil

Ada gadis kecil disebrangkan gerimis
Di tangan kanan bergoyang payung
Tangan kirinya mengibas tangis
Di pinggir padang ada pohon dan seekor burung